IDENTIFIKASI MASALAH

Sebuah awal dari perkuliahan Bunda Salihah yang sangat ditunggu-tunggu. Sebuah kalimat penggugah yang akan menjadi dasar sekaligus tujuan dari Bunda Salihah

"Everyone is a Changemaker. Everymother is a Changemaker."

Menjadi seorang pencipta perubahan atau dalam Bunda Salihah disebut dengan "IBU PEMBAHARU" sebuah tantangan baru bagi kami, saya terutama,  seorang Ibu rumah tangga yang terbiasa dengan pekerjaan sehari-hari, mengurus anak dan keluarga, memasak dan pekerjaan domestik lain. Muncul sebuah pertanyaan besar. Bisa kah saya? 

Apa itu Ibu Pembaharu? Mengutip dari website  www.ibupembaharu.com , Ibu Pembaharu adalah seorang Ibu yang mampu menemukan masalahnya dan mengubahnya menjadi sebuah tantangan hidup, sehingga bisa menciptakan solusi untuk masalah tersebut. Sebuah gagasan besar sekaligus motivasi yang luar biasa bagi kami para ibu. Ibu Pembaharu memiliki sebuah Misi, yaitu menghadirkan sebuah ekosistem bagi lahirnya para ibu yang mampu menemukan masalahnya dan menciptakan solusi untuk masalah tersebut, sehingga keberadaannya di muka bumi bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya.

 Ada beberapa langkah yang harus kami tempuh untuk menjadi seorang Ibu Pembaharu.

1. Identifikasi Masalah

2. Temukan Teman

3. Pahami Masalah

4. Pilih Tujuanmu

5. Identifikasi Aksi

6. Saatnya BerAKSI

7. ApresiAKSI

8. Rayakan Solusi


Sebetulnya jika dilihat di sekitar kita, bahkan ke dalam diri kita sendiri, begitu banyak masalah - masalah yang kita hadapi baik kecil maupun besar. Masalah tersebut bisa saja menjadi masalah juga bagi ibu-ibu di luar sana,yang mungkin juga sama resahnya dengan kita, sama bingungnya dengan kita. Alangkah senangnya nya jika kita bisa menemukan  solusi untuk masalah kita dan ternyata solusi tersebut juga bisa membantu paraibu yang punya masalah yang sama dengan kita. Inilah saat nya Identifikasi Masalah. 

Tentu dalam hidup ini kita menemukan berbagai tantangan atau masalah. Ada masalah - masalah yang bisa kita cari solusi dan ada juga masalah yang benar-benar menghabiskan energi kita. Berkeluh kesah tidak akan menyelesaikan masalah, berdiam diri akan menggerogoti diri sendiri, tapi berusaha mengidentifikasi apa masalah kita, berusaha mencari apa akar dari masalah kita dan menyatakannya sebagai sebuah "Problem Statement" . Dengan begini, kita lebih logis dalam berpikir dan melihat masalah kita. 


IDENTIFIKASI MASALAH

Saya memulai langkah saya untuk menjadi seorang ibu pembaharu dengan berusaha mengidentifikasi masalah saya. Ini merupakan salah satu langkah penting untuk mengurai latar belakang masalah secara mendalam dan menjelaskan dengan lebih rinci dan terukur. Tanpa identifikasi yangkuat dan matang, maka ide yang muncul nanti akan mudah dipatahkan. 

Permasalahan yang sering muncul dan menjadi sumber keresahan saya yang ingin saya temukan solusinya untuk saat ini adalah di lingkup personal dan keluarga.  


a. Masalah Personal
Saya menemukan 3 masalah dalam lingkup personal, yaitu

1. Saya kesulitan aktif dan produktif dengan leluasa. Saya merasa tidak bisa mengatur waktu saya dengan leluasa dan sesuai dengan kapasitas saya. Karena saya tinggal bersama dalam extended family, jadi seringkali saya harus mengikuti ritme dan jadwal yang sudah ada dalam keluarga sebelum saya masuk. Juga pandangan -pandangan tentang penggunaan waktu saya untuk belajar dan produktif yang seringkali bersumber dari perbedaan prioritas dan pandangan. 

2. Saya menemukan banyak batasan jika tidak memiliki penghasilan sendiri. Masalah yang satu ini mungkin menjadi masalah untuk banyak ibu di luar sana. Batasan itu terkadang kita sendiri yang membuat karena memang prioritas dan juga stick to the plan. Dengan memiliki penghasilan sendiri tentu akan lebih leluasa untuk mengaturnya, namun tetap dalam batsan value keluarga.

3. Saya kurang nyaman menjalani Long Distance Marriage.  Berlatarbelakang kedua orang tua saya yang selalu bersama, membuat saya memiliki sebuah pandangan ideal tentang rumah tangga adalah kebersamaan dan sebuah tim. Begitupula ketika saya membaca berbagai referensi tentang rumah tangga dan keluarga. Namun ketika dihadapkan dengan fakta dan prioritas, maka memang long distance marriage ini harus dijalani walaupun terasa berat. 


b. Keluarga
Masalah yang temukan dalam keluarga ada beberapa hal , dan masalah-masalah ini sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup saya terutama setelah menikah.

1. Saya merasa kurang nyaman tinggal di dalam extended family. saat ini saya tinggal bersama orang tua suami. Sudah berjalan 5 tahun dan hingga saat ini banyak naik turun dalam hubungan kami, walaupun semakin lama kami bisa hidup dengan harmonis dan berdampingan. Namun masih ada keinginan untuk bisa tinggal secara terpisah suatu saat sesuai dengan mimpi dan ideal saya dan suami.

2. Sandwich Generation cukup berdampak banyak pada finansial dan emosional. Pada awalnya saya berpikir ini bukanlah masalah, krn sudah seharusnya seorang anak membantu orangtua. Namun ternyata ini menjadi fokus suami saya saat ini, dan memunculkan tekanan serta berakhir dengan berbagai keputusan rumah tangga yang sulit. 

3. Komunikasi suami istri belum terjalin dengan baik. Pernikahan kami baru menginjak tahun kelima. Dan kami tidak lama saling mengenal hingga akhirnya memutuskan menikah. Perbedaan kultur dan budaya juga menjadi salah satu hal yang membuat komunikasi belum terjalin baik. Dan komunikasi ini juga jadi salah satu pemicu berbagai masalah besar lainnya.

4. Visi Misi keluarga belum terbentuk. Berawal dari komunikasi kami yang belum baik, lalu adanya prioritas lain di luar prioritas keluarga inti kami, membuat kami jarang membicarakan tentang visi misi keluarga. Ini juga membuat menjadi gamang dan perbedaan arah dalam rumah tangga.


Lalu bagaimana saya tahu kalo semua hal di atas adalah benar-benar masalah bagi saya?

di atas adalah hal - hal yg saya rasakan ketika masalah-masalah itu datang. Beberapa kadang memiliki dampak yang berkepanjangan. Suami pun juga bahkan sudah mulai mengambil langkah untuk mencegah terjadinya masalah yang sama di kemudian hari. Dampak yang besar dan kompleks, serta motivasi yang besar untuk memutus efek masalah ini supaya tidak berkepanjangan membuat saya yakin ini adalah masalah.


Problem Statement
Ada suatu bagian penting dalam identifikasi masalah, yaitu nyatakan masalah tersebut dalam sebuah Problem Statement, bukan sebagai keluhan. Karena mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Dari identifikasi beberapa masalah saya di atas, saya memutuskan untuk memilih salah satunya menjadi problem statement saya. 


Problem Statement saya mengambil lingkup keluarga, karena masalahnya cukup sedikit banyak mempengaruhi lingkup personal saya. Seperti yang saya sebutkan di atas,

"Saya dan suami merasa banyak masalah yang timbul dalam kehidupan kami dalam extended family sekaligus sandwich generation." 

Berdasarkan Wikipedia, 

aextended family is a family that extends beyond the nuclear family, consisting of parents like father, mother, and their children, aunts, uncles, grandparents, and cousins, all living in the same household. 

Bagi kami, Extended Family yang dimaksud adalah saat ini kami diharuskan tinggal bersama orang tua suami dari sejak menikah hingga saat ini sudah berjalan tahun ke 5. Berdasarkan Lifevif.com, berikut adalah kekurangan tinggal dalam extended family,

  1. Your personal business is family business.
  2. Interference in parenting and family dynamics by other family members.
  3. The home is always full of visitors.
  4. Over familiarity breeds contempt.
  5. Privacy is a luxury.
  6. Being confused for your cousin/brother/sister.
  7. Getting out of the house or saying goodbye takes far longer than necessary.
  8. Small arguments and spats become big family dramas and scandals.
  9. Your life decisions may be harshly judged.
  10. It’s hard to get a word in.
  11. There’s a lot of pressure involved in introducing a significant other.
  12. Events, parties, and celebrations cost a LOT (big guest lists).
  13. Time spent at the kids’ table.
  14. More family functions/gatherings/celebrations than is normal.
  15. There’s always a fight for the bathroom. 
Sebagian besar dari hal - hal di atas saya alami. Poin sulitnya mendapatkan quality time berdampak pada komunikasi kami. Komunikasi buruk menjadi sumber berbagai masalah lain. 

Suami jg menjadi tulang punggung keluarga. Sesungguhnya seiring berjalannya waktu , kami mulai bisa menerima, beradaptasi dan hidup berdampingan dengan orang tua. Gesekan-gesekan yang banyak timbul di awal pernikahan, makin lama mulai terkikis. Secara finansial pun alhamdulillah, Allah mudahkan rezeki kami. 

Yang menjadi fokus kami, bukanlah terlepas dari masalah ini sekarang.  Namun, kami berpikir untuk mempersiapkan masa tua kami dengan sebaik mungkin. Agar anak-anak kami kelak, bisa segera berkontribusi ke umat tanpa harus menanggung kami di masa tua nanti. 

Lalu bagaimana kami yakin ini adalah masalah bagi kami? Seperti yang saya sebutkan di atas, ada motivasi yang besar untuk memutus mata rantai masalah ini. Karena kami sudah merasakan bagaimana perjuangannya dan dampak-dampaknya dalam rumah tangga kami. Salah satunya adalah, timbulnya gesekan-gesekan baik antara saya dan suami, maupun dengan orangtua. Banyak keputusan-keputusan besar dalam rumah tangga kami yang sangat terpengaruh oleh kedua hal tersebut. Pada awal - awal pernikahan, tak jarang kondisi kesehatan saya menurun, hingga sekarang jika masalah datang. Dan masalah nya hampir selalu sama akarnya.


Analisa Akar Masalah


Bagan di atas adalah analisa akar masalah yang saya lakukan. Masalah -masalah besar yang muncul sebagian besar ada di area pengasuhan anak, lifestyle dan prinsip yang berbeda , serta sulit mendapatkan privasi. Hasilnya adalah anak menjadi kurang disiplin, karena ada simpangsiur aturan serta pola pengasuhan. Sulitnya mendapat kan quality time juga menghasilkan bonding keluarga yang kurang terbentuk. 

Akar masalah yang saya temukan adalah, 
1. Visi Misi pribadi dan keluarga inti belum terbentuk, sehingga kami kurang bs berdiri kokoh di dalam extended family
2. Terlalu idealis dan kurang berempati, ini adalah hal buruk yang harus kami kurangi. Karena tidak bisa semua hal dalam hidup bisa sesuai dengan yg kita inginkan.
3. Setelah menjadi Ibu rumah tangga dan seorang ibu, saya tidak memiliki kegiatan yg berarti seperti belajar atau bekerja. Mood dan mental membaik ketika saya memiliki kesibukan yg berarti.




 

Comments

Popular Posts